Hamil=Tanda Tangan Kerja Sama?

Sunday, June 26, 2005

Ketika mengetahui Yasa ada didalam perut saya, saya baru beberapa hari saja menandatangani tanda tangan untuk studi lanjut S2 di Montreal Canada.

Ketika mengetahui Danial ada di dalam perut saya, beberapa hari sebelum itu saya menandatangani kerja sama dengan Prof Rees Potter untuk keliling Indonesia dalam rangka riset.

Ketika mengetahui bahwa ada bayi yang ada di perut saya seminggu yang lalu, dua hari sebelumnya saya baru menandatangani kerja sama akan diterbitkannya Kumpulan cerpen tunggal pertama saya "addicted to Weblog" oleh Yayasan Obor Indonesia milik (keluarga) sastrawan ternama Muchtar Lubis.

Saya hanya termangu. Anak memang membawa rejeki.

Sejak dulu sebenernya saya suka menulis entah itu cerpen atau puisi tetapi saya selalu tak punya keberanian untuk menunjukkannya kepada kawan-kawan saya yang sudah menjadi sastrawan yang sudah 'jadi'. Sehingga mereka lebih mengenal saya sebagai pemain teater daripada penulis.
Lihatlah reaksi beberapa teman saya yang tentu saja jarang menengok atau mungkin tak tahu kalau saya ngeblog.

"Hah? Labibah nulis cerpen? Cerpen mana yang mau diterbitkan di Obor? Yang tentang ulang tahunnya Danial? atau ulang tahunnya Yasa yang di Branda itu? Aku pernah baca tetapi lupa, " kata Hamdi Salad, penyair, cerpenis, penulis naskah drama sastra serius dan sutradara Teater.

"Yang penting self esteem dulu yang kau perlukan untuk tahap awal ini. Bahwa Obor sampai memilih naskahmu untuk diterbitkan saja sudah hebat dan sudah selayaknya saya mengucapkan selamat. Di jakarta, hanya ada 3 penerbit yang disegani; Balai Pustaka, Obor dan Gramedia. Itu artinya anda harus bermental baja, harus siap di kritik oleh para kritikus sastra, " kata Ikranegara, penyair, penulis naskah drama, pemain drama, bintang film, pemeran "markum" dalam kejarlah daku kau kutangkap.

"Sejak dulu sebenrnya saya sudah 'mengincar' kau. Ingatkan dulu bagaimana saya mengejar-ngejar kau untuk meminta puisimu. Sebab aura penulis itu lain lho bib dari yang bukan penulis. ayo kau bisa!!" Kata Mathori A Elwa, penyair sufi, kolomnis dan editor.

"Wah mana naskahnya, sini saya komentarin," Kata Joni "Lampor" Ariadinata, cerpenis pemenang lomba cerpen Kompas, Redaktur Majalah sastra Horison.

"Wah merupakan sebuah kehormatan untuk memberikan kata pengantar untuk kumpulan cerpen anda. Tetapi nantinya ijinkan saya untuk berkata jujur sesuai bidang akademis saya. Jangan merasa tak enak kalau nanti saya kritik dan jangan pula melambung ketika nanti saya puji." Maman S Mahayana, Dosen Sastra UI dan kritikus sastra ketika saya meminta beliau untuk memberikan kata pengantar untuk buku saya itu.

Begitulah komentar teman-teman saya yang baru tahu kalau saya menulis.

Mau tak mau saya harus berani menunjukkan cerpen-cerpen saya.

Yah, anak memang sudah membawa rejeki masing-masing.

p.s : Bijimana cara mengatasi muntah2 pas saat hamil?

Family Plus

Thursday, June 16, 2005

Image hosted by Photobucket.com



Plus

Image hosted by Photobucket.com

Tentang Cinta

Saturday, June 11, 2005

Pagi ini, terjadi dialog antara saya dan Danial

Danial : I love you, ibu!
Saya : I love you too, Danial
Danial : Do you love Ayah and Mbak Yasa?
Saya : Of Course, I love Ayah and Mbak Yasa
Danial : I am sure they love you too. But dont forget to love yourself!
Saya : Hah?

Kadang-kadang memang kita harus belajar banyak dari siapapun. Termasuk dari anak kecil sekalipun.

Musik dan Nyanyi? Siapa Takut?

Monday, June 06, 2005

Saya mendapat hot musical baton dari Qky. Kalau ingin tau apa itu musical baton dan kebetulan anda dapat lemparan hot baton, tulisan jay ini akan sangat membantu.

Sudah lama saya tidak bersentuhan dengan music dan asesorisnya (nyanyi dan kawan-kawannya). Kalaupun mendengarkan musik, harus sambil lalu karena musti toleransi dengan tetangga dan juga toleransi dengan anak-anak, baik karena takut mengganggu tidur mereka atau harus mengalah karena mereka lebih memilih genjrang-genjreng dengan film kartun atau game.

Oleh karenanya jumlah lagu2 di komputer saya tak lebih dari 300 lagu.
CD terakhir yang saya dapatkan adalah CD kyai kanjengnya Emha Ainun Najib. Mbak Roh, adik Cak Nun menghadiahkannya. Dan saat ini saya sedang mendengarkan album Kyai kanjengnya Cak nun itu. Ah, ah Musiknya Mas Nevi mengingatkan proses pentas "perahu Retak" dibawah arahan Cak NUN.Ternyata mereka masih bersatu dalam komunitas Kyai Kanjeng.

nah *back to the topic*, untuk lagu-lagu yang sering saya putar adalah:

1. Kalimaat -Magda El Raumy
2. Ibu - Iwan Fals
3. Angel - Shaggy
4. Prau Layar - Campur sari
5. Tears in Heaven -Eric Clapton


Nah saya akan melemparkan baton. silahkan tangkap hot baton dari saya ya?

1. Sa
2. Rieke
3. ika
4. Intan
5. Ita

Berbicara soal music dan nyanyi, Saya sebenarnya punya keinginan jadi penyanyi atau apa-apa saja yang bisa tampil di panggung. Saya hanya bisa baca puisi, baca cerpen dan Main Drama. Keahlian saya ini saya anggap belum cukup karena baca puisi dan cerpen relatif memerlukan audience yang khusus sedang drama memerlukan kelompok. Saya ingin ketika ada acara2 spontanitas saya bisa maju menyanyi.

Ketika kecil sebenernya saya pernah ikutan kelompok Rebana dan berjanji yang memungkinkan saya untuk berpartisipasi dalam puji-pujian kepada Alloh dan Rosulnya. Saya ingin sekali saya yang dipilih guru saya untuk Vokal utamanya.

Tetapi guru saya selalu menempatkan saya sebagai figuran dan bagian tepuk tangan saja. Ketika di Sekolah menengahpun guru saya lebih suka mengirim saya ke Lomba-lomba baca puisi daripada lomba menyanyi dan tak pernah memilih saya untuk masuk group Folk song.

Saya mulai merasa ada yang salah dalam suara saya.

Ketika di perguruan Tinggi saya mulai sadar bahwa suara saya ternyata Fals karena ternyata saya selalu gagal mengepaskan suara saya dengan musiknya. Tetapi saya cukup senang karena mempunyai teman-teman yang "tidak apa-apa" mendengar suara amatir saya.

Maka di Teater Eska tepatnya, Suami saya yang juga mati-matian belajar Gitar dan tak pernah bisa-bisa itu selalu mengiringi suara saya yang merdu berduet dengan Dahlan, teman saya yg mempunyai problem sama dengan saya.

Jadilah suara Gitar suami saya yang mengharukan karena nadanya yang tak pernah pas ke utara dan Suara saya melengking ke Timur dan Dahlanpun berteriak ke Selatan. Kita benar-benar menjadi Trio yang cukup populer karena berhasil membuat masyarakat sekitar merasa prihatin dengan semangat menyanyi kita.ah, dimana kau sekarang, Dahlan?

Akhirnya Mas syaiful, anak seorang Kyai yang lebih memilih kuliah di jurusan MUsik Institut Kesenian Yogyakarta yang suka Nongkrong di Teater ESKA itu tak tahan dan mengajari kami menyanyi. Karena menurut dia tak ada orang yang tak bisa menyanyi yang ada kurang berlatih saja dan kurang biasa mendengarkan nada harmonis sehingga kita fals dan tak bisa mengepaskan dengan musik.

Maka kami bertigapun berlatih dengan semangat.

Tiga hari kemudian, Mas Syaiful berkata, "ah kalian bukan tak bisa nyanyi, tetapi problem kalian yang utama adalah kalian ini BUDEK !" katanya frustasi.

© 2004 - 2006 Serambi Rumah Kita. Design & Template by Anita.