Ibu Rumah Tangga Vs Ibu Pekerja

Tuesday, April 10, 2007

Ibu rumah tangga penuh aka Full Time Mom (FTM) atau Ibu yang nyambi bekerja, menurut saya sama terhormatnya. Masing-masing kubu (kalau keduanya bisa dibilang kubu)mempunyai kelebihan sendiri-sendiri. Oleh karenanya tak perlu untuk saling menjelekkan satu sama lain.

Seorang FTM tentu tak berhak mengatakan bahwa ibu pekerja adalah ibu yang malang, bersuamikan suami yang malang, dan mempunyai anak-anak yang malang karena kurang diperhatikan.

begitu juga seorang ibu pekerja tak berhak mengatakan bahwa FTM malang nasibnya karena cuman berkutat dirumah, tak ada kerjaan,gossip sana-sini dan kurang informasi.

Dan biasanya dua kubu ini saling menonjolkan keenakan dari sisi masing-masing dan menganggap bahwa yang tak berstatus sama dengan dirinya adalah makhluk yang malang.

saya pernah membaca seorang bapak bilang," Kasihan suaminya" ketika melihat seorang perempuan pekerja. Terus terang hati saya menggelegak. saya pernah juga mendengar orang mengatakan " Kasihan anak-anak kamu. makanya aku lebih milih menjadi FTM biar anak-anakku tidak terlantar. kalau kau mengejar uang tentu gak akan pernah cukup"
Terus terang hati saya berang. Seolah-olah orang tersebut sedang mendudukkan para ibu pekerja di kursi pesakitan.

Setiap orang punya nasib dan keinginan berbeda-beda.
Ada yang suaminya berpenghasilan cukup sehingga berani mengambil keputusan untuk FTM.
Ada yang merasa harus memberikan yang terbaik buat anak-anaknya sehingga sang ibu terpaksa harus bekerja atau sekolah untuk membantu ekonomi keluarga.Bagaimana anak-anakku bisa mendapatkan sekolah yang bagus kalau aku tak ikutan bekerja sedang biaya hidup semakin menjerat leher?" kata mereka

Ada yang bekerja karena memang untuk mempersiapkan segala sesuatunya karena kalau sesuatu terjadi dengan suami, keluarga menjadi tak limbung.

ada yang bekerja untuk mengamalkan ilmunya. Semacam aktualisasi diri.

kalau suami mengijinkan, kenapa harus dipermasalahkan?

masing-masing alasan haruslah dihormati.

Dilain pihak, saya sering mendengar, perempuan pekerja mengasihani FTM sebagai perempuan malang yang tidak ada pekerjaan sehingga sibuk gosip sana-sini. Tentu saja ini tak bijaksana. kalau dia bisa menikmati kehidupannya, kenapa pula mesti dipersoalkan?

lagian menjadi FTM juga bukan berarti tak ada kerja,mengasuh anak dan suami dari A sampai Z dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan yang luar biasa. menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan 24 jam. sesuatu tugas yang bukan main-main.

jadi kalau suatu saat para FTM bisa menikmati kopi dipagi hari dengan membaca koran tanpa harus dihantui oleh pekerjaan dan bisa merawat anak-anak dengan segala pernik-perniknya syukurilah keadaan itu. anggap sebagai berkah.

dan kalau suatu saat para ibu pekerja bisa menuangkan ilmunya dan puas akan pekerjaan serta mendapatkan uang, syukurilah keadaan itu. Anggap juga sebagai rahmat.

masing-masing posisi ada plus dan minusnya. Itu sudah pasti. namanya juga hidup.

Yang tak boleh adalah memandang ibu-ibu lain yang beda keadaannya dengan sebelah mata atau bahkan dengan kaca mata kuda. Karena apa? masing-masing orang punya kebahagian sendiri-sendiri dengan caranya sendiri-sendiri.

dan untuk arifnya, mari saling berempati.karena dua-duanya sama-sama bertujuan mulia, demi keluarga tercinta. Parenting sendiri sudah berat. akan lebih mudah kalau masing-masing saling berbagi dan menyemangati satu sama lain.

*ini udah 21 april belum sih?* hahaha

Postingan ini terinspirasi dari komen De dan Ninink di postingan saya yang berjudul "Parenting Butuh Semacam Lisensi" dan juga curhat De di blognya plus beberapa komen yang mengkomentari kesibukan saya sebagai orang tua yang mahasiswa yang membikin saya meringis.

Labels:

© 2004 - 2006 Serambi Rumah Kita. Design & Template by Anita.