Matinya Lampu!

Thursday, January 27, 2005

Meskipun sudah siap dengan segala kemungkinan terburuk untuk mengahadapi winter sekelas Montreal, tak urung juga saya panik. Danial sakit. Awalnya demam, panas, batuk-batuk disertai muntah dan mimisan. Setiap kali batuk, ia muntah dan mimisan.
Mulut saya tak henti-hentinya bilang :" Thats Ok!", You will be fine!" Tetapi lutut saya gemetaran melihat darah yang yang keluar dari hidungnya.

Pada saat panik-paniknya, Lampu apartemen ini mati. Jam 4 sore waktu itu. Keadaan sudah gelap. Udara dingin langsung menggerayangi tubuh. Ayah langsung memakaikan jaket buat anak-anak.Mati listrik sama dengan tak ada kehidupan disini. Kompor dan heater memakai listrik. Hidup tanpa heater di suhu udara yang mencapai minus 49 celcius derajat dengan windchillnya dengan anak yang masih sakit, sangatlah tak menyenangkan.

Saya buka pintu apartemen. lampu di koridor dan tangga manual masih nyala. Saya pager, Jean sang genator. Jean datang tergopoh-gopoh dengan jaket tebalnya. "takkan ada yang bisa saya lakukan karena masalah listrik kali ini datang dari hydro quebec. 5000 orang mengalami hal yang sama dengan kita. lampu-lampu di koridor adalah lampu-lampu emergency dan saya tak tahu kapan listrik gedung ini akan menyala. Telpon cordless sayapun mati karena tak ada listrik jadi saya harus mengahmpiri satu persatu para penghuni yang menanyakan keadaan ini." Pernyatannya membuyarkan harapan saya.

Telpon Pak Salut. Syukurlah Apartemen Pak salut tak mati lampu.Dan Pak salut berjanji akan menjemput.Dibawah lampu senter, kami packing. Meraba-raba apa saja yang perlu di bawa. Ingatan saya langsung melayang pada Badai es di bulan januari 1998 yang menyebabkan sebagian besar propinsi Quebec ini mati lampu dan membuat saya dan teman-teman menjadi pengungsi selama 3 hari karena tak mungkin tahan dengan keadaan gedung tanpa heater. Yasa dan Danial belum berada di Montreal saat itu membuat saya agak lebih santai waktu itu.

Tetapi kali ini, saya panik tak karuan. Saya membayangkan betapa tak enaknya kalau nanti Danial muntah-muntah mengotori sprei keluarga Salut.Meskipun Keluarga Salut ini akan sangat maklum.

Panik memang tetapi kami harus packing. Barang-barang di kulkas terpaksa dipindah ke balkoni agar tak basi karena di luar gedung, adalah kulkas alam yang jauh lebih dingin dari freezer. Beberapa tetangga apartemen nampak mulai sibuk meninggalkan gedung. Firefighterpun datang untuk mengecek kesalahan listrik digedung kami. Saya ketuk tetangga sebelah. Sepasang muda-mudi tetangga saya rupanya bertekad untuk bertahan. saya kasih nomor telpon Pak salut untuk mengabari kami kalau lampu sudah menyala.

Yasa sudah siap denga tas gendongnya yang saya tak tahu apa isi yang dia persiapkan sendiri. Ayahnya tak membawa apa-apa. Sayapun sudah siap menggendong tas ransel berisi pakaian ganti danial dan segepok sikat gigi. danial tertidur dengan manisnya dibawah selimut. Udara yang dingin membuat dia tidur nyeyak rupanya. Kami siap dievakuasi pak salut dengan pasrah. dan tiba-tiba... byar lampu menyala.
Alhamduliah!

Lampu sudah menyala. Setidak-tidaknya satu masalah udah terlampaui.

© 2004 - 2006 Serambi Rumah Kita. Design & Template by Anita.