Air Mata itu...

Tuesday, March 21, 2006

Ketika saya menemani suami makan malam, Yasa tiba-tiba muncul dari kamar dengan berurai air mata. Serta merta hati saya deg-deg kan tak karuan. Apa yang terjadi dengan anak perempuan saya ini? Sesenggukannya membuat hati saya berkeping-keping. Sementara ayahnya memandang dengan kebingungan. Dan Danialpun ikut mendekat dengan mata penuh tanda tanya. Sakitkah ia? Terjatuh kah dia? Atau dia mulai datang bulan sehingga dia ketakutan? itulah yang ada di pikiran saya.

Ayahnya menanyakan kenapa Yasa menangis. Yasa berusaha menjawab. Tetapi karena sesenggukan seperti menahan sakit yang luar biasa membuat kata-katanya tak bisa ditangkap dengan jelas. hati ibu mana yang tak luruh melihat anaknya yang tak pernah neko-neko dan cenderung selalu berhati-hati agar tak menyakiti orang lain berkata terbata-bata dengan berurai air mata? Siapa yang tega menyakiti Yasa yang kata guru2nya seperti angel?

Lambat laun, setelah menghela napas, masih dengan terbata-bata dia mengatakan " My friend's brother made a fun of my brothers' names and our country". When I said I didnt care he said he will knock me down". Dan Yasa sangat ketakutan.

Seketika saya yang emosional merasakan hati saya mau meledak karena marah. Saya tau temen Yasa ini sering sekali menelpon pada jam-jam yang seharusnya membuat PR dan ngobrol berlama-lama diringi main game. Saya sebenarnya sudah lama sebal mendengarkan percakapan2 yasa dengan temannya ini karena beberapakali saya mendengar yasa mempertahankan diri ketika temannya itu mengolok2 predikat "student of the month" yg diperoleh Yasa. plus waktu yasa sering habis untuk meladeni temannya itu. Dan beberapa kali mendapati kebohongan-kebohongan temannya itu. Tetapi karena Yasa tampak menikmati pertemanannya itu, saya dan suami menjadi tak tega untuk membatasi pertemanan mereka.


Tetapi lambat laun, yasa nampak mulai jengah juga dengan bualan2nya (tentang mobilnya yang limo, rumahnya yang punya kolam renang gedelah, pembantunya yang lima lah) dan akhir-akhir ini jarang menagkat telpon dari temannya itu. boleh jadi teman tsb tersinggung dan keluarlah pernyataan2 seperti itu.

saya menarik napas dalam-dalam. hampir saja saya bilang kalau nama temennya itu dalam bahasa Indonesia bearti epilepsi. tapi untungnya saya bisa menahan diri dan tak mengeluarkan kata-kata yang tak mendidik itu. Ah hidup ini memang keras, nak. kadang kita harus menerima kata2 yang menyakitkan. Tetapi membela diri juga penting. saya jadi ingat ketika kecil dulu diejek teman gara-gara nama saya yang "bah" "bah sehingga dipanggil "abah" dan saya rela berekelahi dengan teman lelaki saya gara-gara mempertahankan harga diri. Tetapi saya tak mungkin mengajarkan begitu kepada yasa karena Zamannya sudah berbeda.

Ayahnya yang jarang emosi tampak terpancing juga. Dan mulailah kita memberikan "ceramah" untuk menenangkan Yasa dan mulai menjelaskan kebesaran negara Indonesia tercinta, tujuan kita ke Canada, arti nama-nama anggota keluarga yang merupakan doa dan juga sikap kita untuk tak perlu takut dengan pernyataan 2 seperti itu. Danial pun ikut menambahkan bahwa dia juga akan cuek2 aja kalu ada yang bilang sesuatu yang jelek ttg dia.

Yasapun tenang. dan dering telepon dari temannya itupun berdering. yasa memutuskan untuk tak mengangkatnya. Dering telpon masih berdering lagi. Dan tak diangkatnya hingga berkali-kali.

Besok malamnya, rupanya Yasa yang pengasih itu kasihan juga dengan temannya itu dan mulai mengangkat telpon dan ngobrol seperti biasa. Danial melaporkan kepada ayahnya tentang Yasa yang masih mau nerima telpon temannya itu. Tetapi ayahnya membiarkan saja. Danialpun tiba-tiba merebut ganggang telpon. Dan sayup-sayup saya mendengar Danial berkata dengan garangnya:

" Hi! You! dont hurt my sister's feeling. dont make a fun of my brothers' name. Dont make a fun of my name and dont make a fun of my country, oke?"

hahaha! Good job, Danial!

Ps:
* Zirak sudah mulai melakukan 'eye contact, menoleh kepala ke kanan ke kiri untuk mengikuti sumber suara, tersenyum merespon guyonan anggota keluarga lainnya dan menangis manja meminta "mimik" setiap saat dn setiap waktu. Maunya begitu melek, langsung ada "ASI". Dia juga tidak begitu senang dengan tempat tidurnya dan lebih suka tidur bareng saya. kalau tidur suka berubah posisi 90 derajat. aduh-aduh pinternya anakku.

*Thanks to Iman Potter atas review buku "addicted to Weblog" nya.
* Blog "Catatan Pribadi" bukan Berati Tak Berarti -- tulisan saya di Blog sebelah baru saya upload
* Foto-foto Zirak ada di SINI
* Prof DR Abdul Munir Mulkhan, guru saya juga ngeblog lho. Silahkan nikmati pemikiran-pemikirannya.

© 2004 - 2006 Serambi Rumah Kita. Design & Template by Anita.