Montreal di Mata Saya

Monday, July 03, 2006

Sejak pertama-tama menginjakkan kaki di Montreal sampai sekarang, saya selalu takjub dengan kekompakan warga negara Indonesia yang tinggal di kota ini.

Ketika saya masih culun, ada saja yang mengantar saya dan teman-teman untuk mengenal kehidupan Montreal; dari cara naik metro, bus, ngubek toko-toko asia hingga nyari apartemen. Bahkan saking kompaknya, selama dua tahun, rasa-rasanya saya tak pernah pergi naik bis atau metro sendirian.

Ketika ibu saya meninggal, betapa teman-teman saya berdatangan dari seluruh penjuru Montreal untuk menemani saat-saat tersulit itu padahal jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Mereka datang untuk menenagkan saya, sholat ghoib dan tahlilan. Teh-teh dan kue-kuepun berdatangan sendiri.

Ketika saya pertama kali membawa keluarga, apartemen yang sudah saya booking jauh-jauh hari ternyata belum siap. Ditengah kepanikan, temen saya ada saja yang menawarkan tempat menginap. Padahal apartemennya cuma berukuran 3,5 saja. Dan kembali teman-teman di Montreal berdatangan menengok saya dan keluarga dengan mebawa bahan-bahan makanan.

Ketika Danial kejedot meja, ada saja teman -teman yang menemani saya dan suami ke Rumah sakit sementara yang lainnya menjaga Yasa di rumah. Saya yang tadinya bingung sampai naik tangga apartemen dari lantai satu dan empat berulang-ulang, menjadi lega.

Ketika building terbakar, ada saja teman yang menwarkan apartemennya. dan again mereka berbondong-bondong menengok saya. bahkan ada yang membawakan kue ultah buat Danial yang kebetulan saat itu sedang ulang tahun yang ke 3.

Ketika saya hamil dengan mual-mual berat sampai 9 bulan, adaa saja yang mengantar makanan. Mereka rajin telpon saya menanyakan makanan apa yang sedang saya inginkan dan mereka membuat makanan itu buat saya.

Ketika saya melahirkan, teman-temanpun berbagi tugas. Ada yang menjadga Danial dan Yasa di rumah. Ada yang bagian bersih-bersih rumah plus menata ulang perabotan. Ada yang bagian nunggui Suami yang nervous di Rumah sakit, padahal menunggu melahirkan sangat lama; jam 6 -sampai jam 12 malam. Mereka baru balik dari RS sekitar jam 1 malam.

Ketika saya mengadakan akekah, teman-temanpun membantu saya memasakkan makanan. Mas Ali diantar temannya mengambil daging kambing yang sudah dipesan dan diantarkannya ke rumah teman-teman yang bersedia membantu memasaknya. Plus ditambah masakan-masakan penunjang lainnya, yang mereka lakukan dengan ihlas.

Ketika ada bazar-bazar di kampus maupun tempat2 lainnya, semua turun tangan. Ibu-ibu dan bapak-bapak menyumbangkan masakan andalan mereka. Dan kemarin tanggal 1 july 2006 ketika teman-teman bule di Komunitas sastra Quebec menggelar acara marathon baca puisi dlam rangka penggalangan dana buat gempa, kembali mereka membantu dengan tenaga maupun masakan-masakannya. Padahal Bola sedang seru-serunya dan tak semuanya bisa menikmati nikmatnya sastra. Tetapi mereka tetep berpartisipasi juga. Belum lagi kalau pindahan, hampir semua heboh jadinya.

Dan masih banyak ketika-ketika lainnya. begitulah kehidupan Montreal.saya benar-benar takjub. Terimakasih semuanya. Saya tak bisa mebalas apa-apa.

Selamat datang rombongan IIS yang berjumlah 32 orang. Saya yakin kehangatan Montreal akan segera anda rasakan.

Btw, Enggris kalah ya
Tanda-tandanya sudah terasa sejak pagi, bakwan yang dimasak Mas Aly untuk dijual buat nyumbang fundrising, agak sedikit "hitam manis" dan tak seenak biasanya. hahaha
dan suamiku itupun lemas seketika melihat siaran ulangan Enggris kalah di kotak penalty.

NB:
Zirak sudah bergelimpangan. Kemarin tiba-tiba saja sudah tengkurep di lantai. Tak nangis sama sekali. Sampai sekarang saya tak tahu bijimana proses perjalannnya menuju lantai. Sekarang ini dia sudah bisa jalan sambil tengkurep. Pantat diangkat keatas tinggi-tinggi setelah itu kepala nyungsep-nyungsep, pelan-pelan tangannyapun menyangga tubuhnya. Mirip orang belajar push up. jadilah dia bisa maju kedepan. hehe

Photobucket - Video and Image Hosting


Photobucket - Video and Image Hosting

© 2004 - 2006 Serambi Rumah Kita. Design & Template by Anita.