Bencana Bagi Pendosa

Sunday, March 11, 2007

Indonesia tanah airku, kondisinya sangat mengenaskan. Baru saja saya posting tentang parahnya transportasi dan hilangnya rasa aman, tiba-tiba saja dikagetkan dengan terbakarnya garuda.

Dari bencana tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir, Lapindo, puting beliung, dan kecelakaan transportasi menimpa bertubi-tubi. Kondisi orang-orang yang mendengarkan bisa sangat beragam.

Ada yang mengelus dada, ada yang istighfar, ada yang menyingsingkan lengan buat membantu para korban dan ada yang menyalahkan kondisi masyarakat, yang katanya bergumul dengan dosa sehingga pantas untuk ditimpakan bencana karena Tuhan Murka.

Alih-alih memberikan solusi, malah menyakiti perasaan para korban dengan mengatakan bergelimang dosa. Ibaratnya sudah jatuh ,eh masih ditimpa tangga pula. Sudah tertimpa bencana, kehilangan keluarga, handai tolan dan harta benda, eh masih dibilang berlumuran dosa.


Menurut saya, hal seperti ini kurang sensitif.

Saya percaya kekuatan Tuhan. Saya juga orang beragama yang mengembalikan segalanya kepada Tuhan dan berlindung di balik hikmahNYA tetapi mari menganalisa bencana dengan bijaksana.

Konon letak geografis Indonesia menyebabkannya menjadi rentan terhadap bencana. Kenapa tidak memikirkan untuk mepelajari bagaimana menghadapi bencana dan disosialisasikan kepada masyarakat seperti yang dilakukan Jepang?

Sistem transportasi yang amuradul, kenapa tidak dibenahi dengan mengawasi secara ketat pesawat/kapal/kereta bahkan bis yang layak operasi?

Dan kepada para korban bencana, mari kita berbuat sesuatu sesuai kemampuan masing-masing. Yang kaya sumbangkan uang. Yang ahli, sumbangkan pemikiran, yang punya kemampuan berorganisasi, adakan penggalangan dana buat pembenahan. Dan tentu saja berdoa buat keselamatan bersama.

Ketika semuanya sudah dijalankan, maka serahkan semuanya kepada Tuhan. jadi bukan sebaliknya, mengutuk kebejatan dan mengkaitkan kemarahan Tuhan lewat bencana tanpa berbuat apa-apa. Urusan suatu kaum bergelimang dengan dosa ataukah tidak , Tuhanlah yang berhak menentukannya.

Bagaimana kalau suatu saat, anda sendiri yang mengalaminya? Ditimpa bencana dan dihujat secara bersamaan? tentu tak mengenakkan.

Introspeksi baik yang bersifat vertikal kepada Tuhan maupun yang bersifat Horisontal - berupa hubungan kemanusiaan - sistem- perlakuan dengan alam, Ikhtiar baik berupa usaha perbaikan maupun berdoa dan tawakkal -pasrah, menurut saya sangat bijaksana dilakukan daripada berkata hal-hal yang menambah hidup semakin nelangsa.

Mungkin sudah saatnya para pemuka agama memberikan tuntunan kepada masyarakat agar bisa menyampaikan dakwahnya dengan cara yang bijak dan tak membuat dada sesak.

Labels:

© 2004 - 2006 Serambi Rumah Kita. Design & Template by Anita.